Detail
Inisiasi rencana strategis ketahanan iklim daerah Sulsel bersama POKJA PPRKD
TLKM.or.id – Yayasan TLKM melalui Konsorsium KAPABEL memfasilitasi diskusi rutin bersama tim Kelompok Kerja Penyusunan Perencanaan Rendah Karbon Daerah (POKJA PPRKD) Sulawesi Selatan di Red Corner Cafe pada Selasa (2/3/2021) yang kemudian dilanjutkan diskusi konsultasi pada tanggal (5/3/2021) bersama tim Ahli Spatial dan Climate Change Universitas Hasanuddin. Pertemuan ini membahas upaya internalisasi program Adaptasi Perubahan Iklim (API) kedalam kebijakan pemerintah daerah melalui POKJA PPRKD. Salah satu Outcome (hasil) yang ingin dicapai dari program ini yaitu “Penguatan Sistem Kelembagaan dan Kapasitas untuk Mengurangi Risiko Iklim termasuk Degradasai Sosio-Ekonomi dan Lingkungan†dan POKJA PPRKD sebagai mitra dalam mencapai outcome itu.
Awalnya POKJA PPRKD ini bernama RAD-API (Rencana Aksi Daerah-Adaptasi Perubahan Iklim) lalu menjadi POKJA RAD-GRKD (Rencana Aksi Daerah-Gas Rumah Kaca Daerah). Saat ini, POKJA RAD-GRKD bertransformasi menjadi POKJA PPRKD dengan fokus programnya adalah penurunan emisi gas rumah kaca.
Hasil diskusi ini menyepakati menyusun rencana strategi (renstra) API berbasis DAS Saddang berdasarkan hasil Kajian Kerentanan dan Risiko Perubahan Iklim yang dilaksanakan KAPABEl hingga Juni 2021. Hasil kajian ini akan menjadi dokumen pendukung dalam mendorong program ketahanan iklim (climate resilience) melalui perubahan RTRW dan RPJMD sehingga rencana strategi ketahanan iklim dapat dirumuskan dengan baik.
“Jadi sebetulnya RAN API sudah menargetkan juga tapi itu adalah National Action Plan (Rencana Aksi Nasional) dan kita mengimplementasikannya di wilayah DAS Saddang,†kata Dr. Roland A. Barkey, ahli Spatial & Climate Change dari Universitas Hasanuddin.
Dalam Rencana Program Jangka Menengah Nasional (RPJMN) itu sudah ditegaskan, lanjut Roland, bahwa ada empat sektor prioritas, di dalam presentasi ini, diperlihatkan water. Dengan adanya Kajian Kerentanan dan Risiko Perubahan Iklim berbasis DAS Saddang yang akan dilaksanakan KAPABEL, kita akan melihat bagaimana perubahan iklim DAS Saddang dalam 20 – 30 tahun ke depan.
“Dengan menggunakan The Soil and Water Assessment Tools sehingga kita bisa melihat koneksitas antara hulu dan hilir DAS Saddang. Kabupaten-kabupaten dampingan KAPABEL ini ada di Hulu, ada di tengah, dan ada di hilir DAS Saddang, maka kita fokusnya pada ketersediaan air melalui program rehabilitasi dan sedimentasi terutama di pesisir yang fokusnya rehabilitasi mangrove,’ jelas Roland.
Kaitannya dengan program POKJA PPRKD Provinsi dengan kegiatan KAPABEL di DAS Saddang sudah sejalan. Meskipun KAPABEL fokus kegiatannya pada bagaimana masyarakat ekosistem DAS Saddang beradaptasi terhadap perubhana iklim namun kegiatan-kegiatannya juga ada berupa mitigas seperti rehabilitasi lahan yang akan dijadikan area PS seperti penanaman MPTs 6.000 pohon di tiga kabupaten dan penanaman mangrove di wilayah hilir.
“Jadi sebenarnya kalau berbicara perubahan iklim, mitigasi dan adaptasi itu sangat berhubungan dan merupakan satu kesatuan. Kalau kaitannya dengan RAD GRK, kan itu ada tutupan lahan, ada transportasi, ISDM, ada energi, mangrove, perikanan, dan kelautan masuk. Bisa jadi contoh bagaimana program-program nanti. Memang fokusnya DAS SADDANG. Ada persinggungan tapi tidak 100 persen,†jelas Roland.
Penjelasan dari Roland A. Barkey memberikan masukan yang baik bagi POKJA PPRKD Sulsel sehingga kegiatan terkait dengan penurunan emisi rumah kaca itu tidak selalu diliat sebagai upaya mitigasi saja tanpa melihat ada dampak adaptasinya.
“Apa saya kira apa yang mau kita kerjakan ke depan, itu sudah mulai kelihatan. Kita memang besar harapan kegiatan kerja PPRK ini juga bisa menyentuh. Apa yang kami interpretasi, pembangunan pilot project PPRK, antara mitigasi dan adpatasi itu sangat sulit dipisahkan, jadi nanti kita akan mensosialisasikan sehingga bisa mejadi satu kesatuan,†kata Ana dari Bappelitbangda Sulsel, salah satu anggota POKJA PPRKD Sulsel.