Detail
Adaptasi Perubahan Iklim Berbasis Ekosistem di DAS Saddang dan DAS Apparang Sulawesi Selatan
04 May 2022
Indonesia telah berkomitmen untuk mewujudkan ketahanan ekonomi, ketahanan sosial dan sumber penghidupan serta ketahanan ekosistem dan lanskap dari dampak perubahan iklim, sebagaimana tertuang dalam dokumen Updated Nationally Determined Contribution (UNDC) Indonesia. Nationally Determined Contribution (NDC) atau kontribusi yang ditetapkan secara nasional merupakan komitmen nasional bagi penanganan perubahan iklim global dalam rangka mencapai tujuan Paris Agreement (Persetujuan Paris) atas Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim atau UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change).
Komitmen untuk mewujudkan ketiga ketahanan terhadap perubahan iklim tersebut dilakukan melalui berbagai kegiatan adaptasi api2021112903perubahan iklim di tingkat tapak, salah satunya dengan melakukan kegiatan adaptasi perubahan iklim berbasis ekosistem atau ecosystem based adaptation. Untuk melihat aktivitas adaptasi perubahan iklim berbasis ekosistem pada skala tapak, Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim, Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim, KLHK melakukan kunjungan lapangan ke Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 15 – 19 November 2021. Kunjungan lapangan dilakukan pada dua desa lokasi kegiatan project yang mendapatkan pendanaan dari Adaptation Fund (AF) yaitu Desa Paria, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang dan Desa Tugondeng, Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba. Desa Paria dari posisi lanskap merupakan wilayah hilir daerah aliran sungai (DAS) Saddang, sedangkan Desa Tugondeng merupakan wilayah tengah DAS Apparang.
Desa Paria di Kabupaten Pinrang merupakan salah satu desa dari 15 desa yang menjadi lokasi project Community Adaptation for Forest-Food Based Management in Saddang Watershed Ecosystem, yang dilaksanakan di empat Kabupaten di ProvinsiSulawesi Selatan yakni Toraja Utara, Toraja, Enrekang, dan Pinrang. Desa Paria terletak di muara Sungai Saddang dan merupakan wilayah yang rentan terhadap bahaya banjir, angin dan badai. Banjir pada umumnya terjadi pada Bulan Januari sampai dengan April yang mengakibatkan beberapa wilayah terendam. Aksi adaptasi di Desa Paria difokuskan pada upaya pemulihan ekosistem dan peningkatan ketahahan ekonomi masyarakat.
Salah satu program kerja yang dilakukan di Desa Paria adalah penanaman mangrove di muara DAS Saddang sebagai upaya pemulihan ekosistem untuk mengatasi problem abrasi yang mengancam wilayah ini, khususnya wilayah tambak yang menjadi mata pencaharian masyarakat. Selain penanaman mangrove, kegiatan adaptasi dilakukan berupa peningkatan kapasitas masyarakat khususnya pemuda desa dan kaum ibu untuk mengolah hasil perikanan dan pertanian menjadi produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi antara lain pengolahan keripik rumput laut dan keripik salak. Untuk mendukung pelaksanaan adaptasi perubahan iklim dibentuk organisasi dengan nama Kelompok Peduli Perubahan Iklim (KPPI) yang beranggotakan anak-anak muda Desa Paria. Kegiatan di Desa Paria dilakukan pendampingan oleh Konsorsium Adaptasi Perubahan Iklim dan Lingkungan (KAPABEL) sebagai executing entity project AF tersebut.
Sementara itu Desa Tugondeng merupakan salah satu dari 14 desa yang menjadi lokasi project Adapting to Climate Change through Sustainable Integrated Watershed Governance in Indigenous People of Ammatoa Kajang Customary Area yang dilaksanakan di Kabupaten Bulukumba. Berbeda dengan Desa Paria di Kabupaten Pinrang, Desa Tugondeng merupakan desa yang terletak di wilayah pegunungan yang merupakan bagain tengah dari DAS Apparang dengan ketinggian 339 meter dpl. Desa ini merupakan bagian dari wilayah Masyarakat Hukum Adat Ammatoa Kajang. Dari sisi ancaman terkait perubahan iklim, tingkat ancaman banjir dan longsor masuk katagori sedang, namun demikian beberapa hal perlu menjadi perhatian di Desa Tugondeng terkait kerentanan wilayah ini antara lain khususnya dari aspek mata pencaharian masyarakat, sehingga fokus program adalah kegiatan penanaman untuk mendukung mata pencaharian masyarakat Desa Tugondeng.
Mata pencaharian utama masyarakat Desa Tugondeng adalah petani khususnya petani kelapa dan pisang. Untuk mendorong ketahanan iklim maka program utama yang akan dikembangkan adalah kegiatan agrosilvopasture yakni menggabungkan kegiatan kehutanan, pertanian dan peternakan. Pada saat ini kegiatan yang dilakukan telah pada tahap penentuan lokasi pembibitan dan lokasi penanaman. Tanaman kelapa dan aren akan menjadi komoditi utama, mengingat tanaman ini sudah terbukti mampu bertahan dibandingkan jenis tanaman lain. Diharapkan kegiatan yang dilaksanakan ini, selain medukung ketahanan ekonomi, ketahanan sosial dan mata penghidupan masyarakat Desa Tugondeng juga mendukung pencapaian ketahanan ekosistem dan lanskap DAS Aparang. Untuk mendukung pelaksanaan program telah terbentuk Kelompok Nyiur Melambai yang didukung oleh perangkat Desa Tugondeng. Kegiatan di Desa Tugondeng dilakukan pendampingan oleh Perkumpulan Payo Payo dan Oase sebagai executing entity project AF tersebut.
Pelaksanaan adaptasi perubahan iklim berbasis ekosistem di kedua desa tersebut dengan melalui penanaman mangrove dan pengembangan agrosilvopasture yang kemudian akan dilanjutkan dengan upaya pengolahan produk diharapkan dapat mendorong masyarakat dalam melaksanakan adaptasi perubahan iklim berbasis ekosistem sehingga keberadaan ekosistem selain memberikan manfaat dari aspek lingkungan juga memberikan manfaat dari aspek ekonomi masyarakat. (dilansir dari http://ditjenppi.menlhk.go.id)
Ditulis oleh Monitoring Addmin